(Persistence of Calliandra
calothyrsus Meissn Legume to decreased soil moisture and improvement response
by phosphate fertilizer)
Oleh
Sumarsono
Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak
Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Penelitian
bertujuan untuk mengetahui ketahanan tanaman pakan kaliandra akibat penurunan
kadar lengas tanah dan pemupukan fosfat
Aspek yang diamati adalah
produksi bahan kering dan kadar protein kasar hijauan terkait dengan
perakaran dan serapan nitrogen.
Penelitian
dilaksanakan dengan percobaan faktorial 2 x 4 dalam rancangan acak lengkap 3
(tiga) ulangan. Faktor pertama adalah
lengas tanah W1 dan W2 berturut-turut 88 % dan 76 % kapasitas lapang. Faktor kedua adalah dosis pupuk fosfat P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut 0, 50, 100
dan 150 kg P2O5/ha.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar protein kasar hijauan tidak dipengaruhi oleh
kadar lengas tanah dan pemupukan fosfat. Penurunan kadar lengas tanah 88 %
menjadi 76 % menurunkan jumlah bintil akar, serapan nitrogen dan produksi bahan kering. Makin tinggi pemupukan fosfat jumlah bintil
akar, serapan nitrogen dan produksi
bahan kering juga makin tinggi.
Kata kunci : Lengas tanah, Fosfat, Kaliandra
ABSTRACT
The study was conducted to evaluate the persistence
of the calliandra green forage by soil
moisture decreased and phosphate
fertilizer. The observation aspect are root nodul, nitrogen absorption, dry
matter yield and crude protein green forage.
The factorial experiment 2 x 4 arranged by
completely randomized design with three replication. First
factor are soil moisture W1 and W2 respectively 88 % and 76 % water holding
capacity. Second factor are phosphate
level fertilizer P0, P1, P2 and P3 respectively 0, 50, 100 and 150 kg
P2O5/ha. .
The crude protein herbage was not significant
affected by soil moisture and phosphate fertilizer. The decreased soil moisture 88 % to 76 %
decrease root nodul, nitrogen absorption,
and dry matter green forage. The
increased phosphate fertilizer result highly root nodul, nitrogen absorption, and dry matter green forage.
Key words : soil moisture, phosphate, Calliandra
PENDAHULUAN
Legum
pohon kaliandra adalah legum pohon yang mempunyai harapan besar untuk
intervensi pola tanam di lahan kering.
Introduksi legum pohon dalam pola tanam mempunyai manfaat ganda. Pertama sebagai pakan mempunyai kandungan
protein kasar tinggi, kedua apabila digunakan dalam pakan berbasis pakan kasar
kualitas rendah akan meningkatkan efisiensinya (Jones, 1979). Namun masih banyak yang digali terutama
adaptasi di lahan kering dan cara memacu pertumbuhan awal, yaitu dengan
memperbaiki lingkungan tumbuhnya.
Tanaman legum umumnya responsif terhadap pemupukan fosfat karena
dibutuhkan untuk pertumbuhan perakaran dan aktivitas fiksasi nitrogen
(Sumarsono, 2001, 2002). Apabila
pertumbuhan perakaran dapat dipacu pada awal pertumbuhan maka tanaman akan
mampu beradaptasi pada kadar lengas tanah yang rendah.
Kaliandra termasuk
dalam familia Leguminoseae dan sub
familia Mimosaceae (Palmer et al 1994). Kaliandra dibedakan yang berbunga putih dan
berbunga merah yang dikenal sebagai kaliandra merah ((Calliandra calothyrsus Meissn)
Tanaman ini berbentuk perdu, berkayu,
bertajuk lebat, dapat mencapai tinggi 45 meter dan akar dapat mencapai
kedalaman 1,5 – 2 m.
Tanaman kaliandra dapat tumbuh pada
semua jenis tanah, tahan pangkasan, cepat bersemi dan lebat, sistem perakaran
dalam dan mampu membentuk bintil akar.
Mennurut Palmer et al (1994) habitat
asli pertumbuhan kaliandra adalah rata-rata curah hujan 700 – 3000 mm/tahun
dengan 1 – 7 bulan kering. Namun
adaptasi terbaik di Indonesia adalah curah hujan lebih dari 1000 mm/tahun. Tumbuh baik pada tekstur tanah ringan, masam
dan kurang subur, karena bersimbioses dengan rhizobium dan jamur mikoriza
Hasil hijauan pakan
legum pohon telah banyak dipelajari.
Pemotongan secara teratur dapat menghasilkan hijaun cukup tinggi pada
sistem kompanion dengan tanaman pangan (Kang dan Duguna, 1984). Di Nigeria lamtoro dan gliricidia yang tumbuh
pada budidaya lorong dengan jarak 4 meter dapat memproduksi 200 dan 100 kg
N/ha/tahun dari 5 kali pemotongan (Kang et
al, 1985). Sumarsono (1989)
memperlihatkan bahwa lamtoro Cunningham yang ditanam dengan jarak antar baris 1
meter memberikan hasil 16,12 t bahan kering/ha dengan produksi nitrogen 467,60
kg N/ha/tahun. Menurut Roscercrance et al yang dikutip Palmer et al (1994), kaliandra mempunyai
potensi yang sama dengan gliricidia pada sistem budidaya lorong dengan
jarak 4 meter menghasilkan bahan kering 10 t/ha/tahun.
Di
masa lalu tanaman legum lamtoro menjadi andalan sebagai tanaman konservasi dan
hijauan pakan. Namun adanya serangan kutu
loncat menimbulkan keraguan terhadap penggunaan tanaman ini. Oleh karena itu perlu adanya tanaman
alternatif. Penelitian yang dilakukan
sebelumnya menunjukkan bahwa kaliandra menunjukkan ketegaran yang lebih baik
dibandingkan lamtoro pada semua tingkat kelengasan tanah 100, 88, 76 dan 64 %
kapasitas lapang yang dicobakan (Sumarsono et
al 1993). Tanaman kaliandra
menunjukkan penampilan terbaik pada kadar lengas tanah 88 % kapasitas
lapang. Namun interaksinya dengan
pemupukan fosfat perlu dipelajari untuk mengetahui apakah perbaikan pertumbuhan
perakaran akan meningkatkan ketahanan terhadap penurunan kadar lengas tanah.
METODOLOGI PENELITIAN
Materi Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Ilmu Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro. Digunakan tanah latosol tembalang dengan hasil analisis
tanah : 0,1671 % N total, 1,53 % bahan organik, 12 ppm P tersedia, 0,40 me/100
g dan pH (H20) 5,0. Digunakan benih
kaliandra merah, pupuk urea, TSP dan KCl, inokulan rhizobium dan pot percobaan
kapasitas 10 kg.
Metoda Penelitian
Penelitian
dilaksanakan dengan percobaan faktorial 2 x 4 dalam rancangan acak lengkap 3
(tiga) ulangan. Faktor pertama adalah
lengas tanah W1 dan W2 berturut-turut 88 % dan 76 % kapasitas lapang. Faktor kedua adalah dosis pupuk fosfat P0, P1, P2, dan P3 berturut-turut 0, 50, 100
dan 150 kg P2O5/ha.
Penelitian
diawali dengan penyiapan 24 pot percobaan ukuran tinggi 30 cm dan diameter 30
cm. Sebelumnya tanah dikering anginkan
dan lolos ayakan 5 mm, diambil contoh untuk analisis kesuburan tanah. Tanah dimasukkan pot percobaan dengan bobot
sama diairi dengan kadar lengas tanah 100 % bersamaan dengan pemberian pupuk
dasar. Penyesuaian kadar lengas tanah
sesuai perlakuan dilakukan pada 14 hari setelah tanam benih kaliandra. Benih kaliandra sebelum tanam diberi inokulm
rhizobium. Tiap pot percobaan diisi 3
benih tanaman yang dipertahankan tumbuh satu tanaman per lubang pada saat
penyeragaman.
Pengamatan
dilakukan pada saat tanaman berumur 104
hari setelah tanam. Hasil pengamatan meliputi jumlah bintil akar, serapan
nitrogen, produksi bahan kering, dan kadar protein kasar hijauan. Data diolah secara statistik dengan analisis
ragam dilanjutkan dengan pembandingan nilai tengah menurut prosedur uji beda
jarak wilayah ganda Duncan menurut petunjuk Steel dan Torrie (1981).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
penelitian pengaruh penuruan kadar lengas tanah dan pemupukan fofat terhadap
jumlah bintil akar, serapan nitrogen, produksi bahan kering, dan kadar protein
kasar hijauan pakan Kaliandra Merah (Calliandra
calothyrsus Meissn) dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah
Bintil Akar, Produksi Bahan Kering, Kandungan Protein Kasar Hijauan Pakan
Kaliandra Merah (Calliandra calothyrsus Meissn)
Perlakuan
|
Bintil
Akar
|
Serapan
Nitrogen Total
|
Produksi
Bahan Kering
|
Kadar
Protein
Kasar
|
|
. .
butir/pot . .
|
. . . .g/pot. . .
.
|
. . . .g/pot. . .
.
|
. . . . % . . . .
|
W1
|
53,58a
|
0,80a
|
26,52a
|
16,18
|
W2
|
14,58b
|
0,50b
|
13,52b
|
16,55
|
|
|
|
|
|
P0
|
21,83b
|
0,58b
|
17,92b
|
16,02
|
P1
|
30,33ab
|
0,65ab
|
20,01ab
|
16,59
|
P2
|
35,00ab
|
0,67ab
|
20,81ab
|
16,22
|
P3
|
49,50a
|
0,70a
|
22,07a
|
16,64
|
Huruf
yang sama pada kolom yang sama dan faktor perlakuan sama menunjukkan tidak
berda nyata pada taraf 5 % UBJD.
Hasil
sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh interaksi penurunan lengas tanah dan
peningkatan pemupukan fosfat tidak nyata terhadap jumlah bintil akar, serapan
nitrogen, produksi bahan kering, dan kadar protein kasar hijauan pakan
Kaliandra Merah (Calliandra calothyrsus Meissn).
Penurunan kadar lengas tanah dan peningkatan pemupukan fosfat tidak
nyata terhadap kadar protein kasar hijauan kaliandra. Penurunan kadar lengas tanah dan peningkatan
pemupukan fosfat nyata (P<0,05) terhadap jumlah bintil akar, serapan
nitrogen dan produksi bahan kering.
Hasil
pembandingan nilai tengah antar perlakuan menunjukkan bahwa secara umum terjadi
penurunan yang nyata (P<0,05) jumlah bintil akar, serapan nitrogen dan
produksi bahan kering dari kadar lengas tanah 88 % (W1) menjadi 76 % (W2). Peningkatan pemupukan fosfat dari P0 menjadi
P1, P2, dan P3 meningkatkan jumlah bintil akar, serapan nitrogen dan produksi
bahan kering baik pada kadar lengas tanah 88 % (W1) maupun 76 % (W2). Hasil UJBD menunjukkan bahwa peingkatan P0
menjadi P1 dan P2 tidak berbeda nyata, tetapi peningkatan P0 menjadi P3 berbeda
nyata (P<0,05), walaupun di antara P1, P2 dan P3 juga tidak berbeda
nyata, baik terhadap jumlah bintil akar,
serapan nitrogen dan produksi bahan kering.
Pengaruh
interaksi yang tidak nyata antara pemupukan fosfat dengan penurunan kadar
lengas tanah menunjukkan bahwa, tidak terlihat adanya kompensasi peningkatan
pertumbuhan perakaran tanaman akibat pemupukan fosfat dengan penurunan kadar
lengas tanah. Penyerapan fosfat
membutuhkan kelarutan fosfat sehingga penurunan kadar lengas tanah juga akan
menurunkan kelarutan fosfat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa serapan
nitrogen dan produksi bahan kering seiring dengan hasil pengamatan bintil akar.
Turunnya kadar lengas tanah dari 88 % menjadi 76 % ternyata juga menurunkan
jumlah bintil akar sehingga juga menurunkan serapan nitrogen yang pada
gilirannya juga menurunkan produksi bahan kering hijauan kaliandra. Namun peningkatan pemupukan fosfat
meningkatkan perakaran yang tercermin dari meningkatnya jumlah bintil
akar. Peningkatan jumlah bintil akar
mencerminkan luasnya perakaran sehingga meningkatkan infeksi bakteri rhizobium
yang berperan dalam keaktifan fiksasi nitrogen simbiotik tanaman
kaliandra. Peningkatan keaktifitas
fiksasi nitrogen akan meningkatkan serapan nitrogen yang pada gilirannya akan
meningkatkan produksi bahan kering hijauan kaliandra.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Tanaman
kaliandra menunjukkan penampilan lebih baik pada kadar lengas tanah 88 % dibanding 76 % kapasitas lapang. Tidak diperoleh indikasi perbaikan
pertumbuhan perakaran melalui pemupukan fosfat untuk meningkatkan ketahanan
terhadap penurunan kadar lengas tanah berdasarkan produksi dan kualitas hijauan
legum kaliandra.
Kadar
protein kasar hijauan tidak dipengaruhi oleh kadar lengas tanah dan pemupukan
fosfat. Penurunan kadar lengas tanah 88 % menjadi 76 % menurunkan jumlah bintil
akar, serapan nitrogen dan produksi
bahan kering. Makin tinggi pemupukan
fosfat sampai 150 kg P205/ha jumlah bintil akar, serapan nitrogen dan produksi bahan kering
juga makin tinggi. Masih diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk manipulasi kondisi lingkungan tanah sehingga
tanaman dapat tumbuh baik pada kadar lengas tanah rendah.
DAFTAR
PUSTAKA
Jones, R. J ., 1978. The value
of Leucaena leucocephala as feed for ruminat
in the tropics. World Animal Rev. 31 :
13 -23
Kang, B. T. And B. Duguna.
1984. Nitrogen Management in
Alley Cropping Systems. ITTA, Ibadan,
Nigeria.
Kang, B. T., H. Grimme and T. L. Lawson. 1985.
Alley cropping sequently cropped maize and cowpea with Leucaena on sandy soil in southern
Nigeria. Plant Soil 85 : 267-277.
Palmer, B. D. J Macqueen and Gutteridge. 1994. Calliandra calothyrsus Multipurpose Tree
Legume for |Humid Locations. Pp.
64-72. In Gutteridge, R. C. and H. M.
Shelton (Ed). Forage Tree Legumes in
Tropical Agriculture. CAB International,
Walling Ford, Oxon, UK.
Steel, R.G.D dan J. H. Torrie.
1981. Prinsip dan Prosedur
Statistika Suatu Pendekatan Biometrik.
Edisi Bahasa Indonesia, Gramedia, Jakarta.
Sumarsono, 1989. Pengaruh
Kepadatan Populasi Lamtoro (Leucaena
leucocephala (LAM) de Wit) Cunningham Terhadap Hasil Hijauan dan Jagung (Zea mays) pada Dua Pola Tanam
Tumpangsari. Disertasi Doktor, FPS –
IPB, Bogor.
Sumarsono, D. W. Widjajanto, D. R. Lukiwati, T. Yudiarti dan S.
Budiyanto. 1993. Hasil dan Kualitas Hijauan Legum Pakan
sebagai Tanaman Makanan Ternak dalam Hubungannya dengan Stress Air di Tanah
Latosol. Laporan Penelitian, Fakultas
Peternakan UNDIP, Semarang.
Sumarsono, 2001. Hasil Hijauan
Setaria (Setaria splendida Staft)
dalam Pertanaman Campuran dengan (Centrosema
pubescens Benth) yang Menerima Pupuk Fosfat dan Kotoran Ternak. J. Pengemb. Pet. Trop. Special. Ed. : 129-136.
Sumarsono, 2002. Ketahanan
Sentro (Centrosema pubescens Benth)
dalam Pertanaman Campuran dengan Setaria (Setaria
splendida Staft) yang Menerima Pupuk Fosfat dan Beda Interval
Pemotongan. J. Pengemb. Pet. Trop. 27
(2) : 76-82.
0 komentar:
Posting Komentar